Cerita Aku, Kamu, Dia dan Mereka

To accomplish great things, we must not only act, but also dream; not only plan, but also believe.

Jumat, 24 Agustus 2012

Manusia 4 Dimensi


Well, kembali mengingat masa lalu, seorang teman yang mampu membuat tawa dan beberapa perasaan lainnya sekarang ini. Kejadian-kejadian dulu yang membuat gue sampai tidak mau berangkat sekolah karena harus menyaksikan tingkahnya yang menyebalkan. Setiap hari pasti diisi dengan kejadian tidak menyenangkan, dan harus berantem. tapi dia teman SMA gue yang selalu mengisi diary gue selama 3 tahun masa SMA, bukan karena gue menyukainya, sebaliknya, gue merasa sangat kesal padanya. Dulu, kami tidak pernah akrab, tidak pernah tertawa lepas, bayangkan saja, waktu kelas 1 SMA dia adalah alasan yang membuat gue malas pergi kesekolah. Ketika pada umumnya anak-anak dikelas punya HP dan gue menyimpan semua nomor mereka, namun gue tidak melakukan hal yang sama kepada dia.

Namanya bahkan lebih sering gue sebutkan dalam diary gue sebelumnya dibandingkan dengan cowok yang gue sukai saat itu, miris banget. Dia menjadi musuh gue dalam minggu pertama kami sekolah, dimulai dengan sifatnya yang tidak gue sukai, hingga pada salam pertama yang dia ucapkan kepada gue, kata-kata dengan nada memerintah dan tidak sopan. Kelas 1 SMA penuh dengan masa-masa menyebalkan antara gue dengan dia. Dia bahkan menganggap gue laki-laki dan memanggil gue dengan sebutan laki-laki, “ANG”. Menyebalkan., hal itu di mulai semenjak dia tahu bahwa gue bisa memainkan gitar dan bermain catur, Emang karena gue bisa main gitar, bisa main catur, trus lo lansung cap gue sebagai cowok?! Banyak tau cewek lain yang juga jago main gitar, nggak menjadikan dia laki-laki, kan? Primitive! J
Hubungan kami dipenuhi dengan Chaos.. haha

Awalnya dia selalu mengganggu ketenangan hidupgue dikelas, hingga kemudian dia sering melamun dan tidak mengganggu gue, bahkan tidak berbicara, gue mulai cemas, bukan karena gue di cuekkin, namun lebih karena khawatir. Hubungan yang aneh bukan? Kemudian kami bertengkar lagi, kali ini tidak terlalu menjadi beban untuk gue.. karena gue bisa membalasnya dan dia tertawa! Haha sebegitu tabjunya gue. Hingga kemudian dia kecelakaan dan tidak masuk sekolah sampai 1 minggu. Jujur, gue merasa kehilangan, maksudgue kehilangan musuh, yang menghadirkan warna hitam dalam hari-hari gue. Hingga kemudian dia kembali sekolah, gue ingat saat pertama kali gue melihatnya di gerbang sekolah setelah lama dia absen masuk sekolah, gue merasa sangat senang, gue tidak mengerti perasaan senang saat itu, padahal gue tahu ketika dia datang, maka itu akan memperpendek umurgue karena gue akan berteriak dan marah lagi.. entahlah, gue merasa senang saat itu. Gue geli sendiri melihat dia yang kakinya sakit dan menjadi orang yang harus mengandalkan orang lain untuk bisa bergerak, yang saat itu menjadi teman baiknya. Dan tentu saja saat itu dia menjadi tidak berdaya untuk melawan gue.. dalam satu hari dia bisa memanggil nama gue dengan baik, tentu saja karena dia butuh catatan gue.. beuh!

Kemudian kembali lagi menjadi hari-hari yang penuh chaos.. tapi itu tidak seburuk pada saat kami di awal kelas 1. Bahkan kami berada dalam 1 kelompok belajar, dia juga pernah datang kerumah meminjam catatan, bahkan juga, kami di ceng-cengin sama teman-teman satu kelas. Tapi, tentu saja gue tidak mengubrisnya, karena menurut gue, gue tidak menyukainya dalam artian ‘love’, meskipun hubungan kami cukup membaik. Kemudian pada saat naik kelas, maka yang menjadi harapan gue adalah kami tidak berada dalam kelas yang sama karena gue saat itu juga IPS dan begitu juga dengan dia. Dan Yippi, kami memang tidak sekelas, tpi semnjak itu, kami bahkan sangat jarang berkomunikasi, gue kemudian juga tidak tahu, itu hal yang baik atau buruk.. hahha

Hingga kemudian kami dipertemukan lagi, hahaaha.. maksud gue, kami satu les, dan pada saat itu, gue semakin kesal, bukan karena berantemnya, tapi karena cara dia ngomong dan bersikap ke gue, yang masih bro-men. Gue sebel dan juga pada saat itu merasa sedih, kenapa sih dia harus begitu, sedangkan sama teman-teman lainnya dia bisa bersikap biasa..

Selama SMA hubungan menjadi naik turun tidak jelas, maksudnya hubungan pertemanan kami tentu saja. Kemudian ketika gue sudah kuliah, dan kita benar-benar berpisah, sesuatu yang dulunya tidak pernah gue bayangkan terjadi.. ya, kami bisa berkomunikasi secara normal di media komunikasi entah itu telpon, dan juga internet. Dia juga bahkan menelpon gue dan kami bicara banyak, gue juga mengungkapkan apa yang gue rasakan selama 3 tahun berada dalam 1 SMA dengan dia. Bagaimana gue merasa kesal, dan sikap dia yang tidak gue sukai dan beberapa hal yang gue sukai. Menyenangkan sekali, gue tidak pernah membayangkan itu terjadi.. gue senang, tapi tentu saja dia tetap memanggilgue dengan panggilan favoritnya dan sekaligus sangat gue benci,”ANG”. Dia berbicara seolah-olah kami adalah teman cowok, menyebalkan, ada seorang cowok yang dengan keuhkeuh tetap menganggap gue laki-laki!

Oh iya, adiknya kemudian juga diterima di UI, jurusan akuntansi, jurusan yang dulunya sangat gue inginkan.. gue bertemu dengan adiknya, bahkan kami cukup akrab untuk ukuran orang yang tidak pernah berbicara selama ini.. gue melihat sisi lainnya dari cowok 4 dimensi seperti dia.. hahha.. tetap saja gue, sepanjang kesadaran gue sekarang, gue tidak mempunyai perasaan special seperti yang dulu sering dikatakan teman-teman gue di sekolah, Bagi gue, itu tidak akan terjadi antara gue dan dia… hahaha… gue senang menjadi temannya, dan gue rasa cukup sampai disitu..
                  
Ternyata, seburuk apapun itu pada awalnya, harus bersyukur sama Allah, karena beberapa tahun kedepannya masih berguna, setidaknya menghadirkan perasaan senang saat mengingatnya.. hahaha

Hah… gue senang hari ini bisa bercerita banyak tentang sesuatu, See You… J



Greenbee


Saya punya seorang sahabat yang menurut saya perempuan yang sangat unik. Pertama kali mengenalnya adalah saat kami sama-sama berada di kelas 2 SMP. Memang pada waktu, kami tidak berada dalam kelas yang sama, namun kecintaan akan komik, novel membuat kami bisa berkenalan, bahkan pada waktu itu dia pernah membaca novel yang saya tulis sendiri, dan menurut saya masih sangat awam.

kelas 3 SMP pun kami tidak berada dalam kelas yang sama, namun sedikitnya saya mengenal kepribadian dia sebagai anak yang cerdas, terlebih pada waktu itu kami berada di kelas yang bisa dikatakan diunggulkan di SMP itu.

SMA, kami kembali satu sekolah, dan kali ini berada dalam 1 kelas yang sama, 1C atau yang biasa kami sebut dengan X.C. Menurut saya, dia dengan cepat merasa nyaman di dalam kelas itu, dan sebaliknya dengan saya. saya merasa orang-orang yang berada dikelas itu terlalu kaku, pendiam, dan terlihat sangat akademisi. Sampai senior kami yang dulunya kelas X.C juga berpenampilan dan memberikan kesan yang sama. Saya  merasa tidak betah dengan lingkungan seperti itu dan lebih memilih bermain dan bergaul dengan X.E yang menurut saya anak-anaknya lebih heboh dan menyenangkan, terlebih disitu juga ada sahabat saya.

Waktu berlalu, dan saya mulai merasa nyaman dengan lingkungan X.C namun, saat itu saya bukanlah sahabat baiknya, kami bergaul, namun hanya sebatas teman. Tidak ada pembicaraan yang bersifat pribadi, dan bisa dikatakan kami berada dalam lingkungan geng yang berbeda. Dia adalah tipikal anak pintar, terlebih pelajaran IPA, sedangkan saya sebaliknya lebih menguasai pelajaran IPS. Hobinya dan kecintaan akan Jepang membuat dia menjadi perhatian dari guru bahasa jepang kami saat itu. Terlebih ketika dia mencoba berbicara bahasa Jepang pada waktu pelajaran Bahasa Jepang. kami diajarkan hal yang sama, "Ohayou Gozaimashu, watashi wa ... Desu" tapi begitu dia yang melontarkannya, terdengar begitu baik dan seperti orang Jepang asli, dan sensei kami pun menyukainya. Pelajaran Bahasa Jepang berikutnya dia juga memberikan contoh yang baik, termasuk dalam menghapal Katakana dan Hiragana, juga bahkan ikut lomba Kana Kontes yang diadakan oleh sebuah Universitas di Padang.

Dia adalah sosok yang waktu itu cukup saya kagumi. Dia juga punya suara yang bagus, bisa menyanyi dan menari dengan baik, sungguh menyenangkan bisa menjadi dia.. tapi saya juga sangat senang dengan masa-masa SMA saya, meskipun pada saat itu dia masih bukanlah salah satu orang yang bisa saya sebut sebagai sahabat.

Kuliah, kami kembali dipertemukan, dan sama-sama diterima di Universitas dan fakultas yang sama, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Saya diterima di jalur Undangan, dan dia melalui tes UMB. Saya di Jurusan Kriminologi, dan dia di Jurusan Ilmu Administrasi Fiskal. Kami kemudian sama-sama tinggal di asrama UI, dan bahkan berada di lantai yang sama, meskipun sistem penempatan kamar adalah dengan cara diacak. Hingga kemudian, perlahan kami mulai dekat, mungkin awalnya bukan karena keinginan untuk saling mendekatkan diri, namun keadaan yang membuatnya menjadi demikian. Anak daerah, satu SMA, dan tentu saja kami harus lebih dekat

Waktu kembali membuat kejutan indah, dengan membuat kami semakin dekat, dan memutuskan untuk mencari kosan bersama, saya, dia, dan 2 orang teman lainnya yang sama-sama berasal dari Sumatera Barat. Kami kemudian berada di kosan yang sama, Wisma Regita. perlahan kami mulai menjadi sangat dekat, merayakan ulang tahun bersama dan lainnya tentu saja, perlahan walaupun tidak terucap, mengikrarkan diri menjadi sahabat, karena sudah menjadi keluarga kedua. Tempat mengadu keluh kesah, ketika orang lainnya bercerita kepada orangtua mereka sepulang kuliah, maka kami saling bercerita satu sama lainnya, bahkan, mereka sangat kenal dengan teman-teman bahkan dosen saya di kriminologi walaupun tidak pernah bertemu.

Saya sangat bersyukur bisa mengenal mereka bertiga. banyak hal yang sudah kami lalui bersama. Dia pernah bilang kalau saya memberikan dia semangat dan kadang menjadi contoh, hal yang sangat mengharukan bagi saya. Mengingat bahwa dia juga sosok yang saya kagumi. Sayangnya, dalam beberapa hal, dia belakangan menjadi rendah diri, atau lebih tepatnya minderan. Padahal dia memiliki banyak kemampuan yang sangat luar biasa bagi saya. Dia teguh memegang prinsipnya, katanya dia agak kurang baik dalam memahami etika pergaualan, namun berapa tahun kami berkenalan, saya melihat banyak kemajuan dari dia. jujur, saya pernah merasa kesal kepadanya, itu pasti dalam pergaulan, tapi akan dengan sangat cepat saya bisa melupakan kekesalan itu.

Dia adalah teman bicara yang menyenangkan, sholehah, sangat sayang dengan orangtua meskipun dia bukanlah tipikal yang akan mengungkapkan dengan mencium orangtuanya, meskipun kadang terkesan cuek, tapi menurut saya itu karena dia terbilang orang yang susah untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan.

Beruntung dan merasa bersyukur, Allah mengirimkan dia menjadi salah seorang sahabat saya yang selalu mengingatkan saya akan banyak hal-hal baik, membuat saya bisa tersenyum dan merasa senang setiap kali melihat dia, meskipun beberapa kali dia bilang dia tidak manis, tapi sebenarnya dia manis..

Terima kasih sahabat, semoga kamu menjadi orang yang selalu bersemangat, dan akan selalu seperti itu, jujur saja, banyak orang yang bisa kamu kalahkan kalau kamu mau berusaha sedikiiit saja.. hehe.. 




Powered By Blogger